Wednesday, June 1, 2016

Manusia dan Kematian

Seharusnya semua manusia di bumi ini sadar dan tahu pasti bahwa suatu hari nanti mereka akan meninggal. Akhir dari setiap kehidupan adalah kematian. Jika diibaratkan sebagai seseorang yang mengikuti lomba lari maraton, kelahiran adalah sebuah garis awal dan berakhir dengan kematian sebagai garis akhir. Mengapa manusia tetap berusaha menjalani kehidupan seolah-olah mereka tidak akan pernah mati? Mengapa manusia melakukan kegiatan-kegiatan yang pada akhirnya akan sia-sia juga ketika raga mereka meninggalkan jiwa mereka suatu saat. Tidak akan ada yang pernah tahu hidup dan matinya seorang manusia, tetapi jika esok adalah hari kematianmu, dan kau tahu itu, apakah kau akan tetap makan, minum, menjaga kebersihan tubuhmu, pergi bekerja, bersaing dengan karyawan lainnya, dan lain sebagainya? Diri ini bertanya-tanya mengapa umat manusia, termasuk diri ini, gemar melakukan hal yang bisa jadi sia-sia tersebut.

Namun, bila semua manusia memiliki pola pikir bahwa, “Suatu hari nanti saya akan mati, lebih baik tidak melakukan apa-apa sajalah, toh akan sia-sia juga.” Maka bisa dipastikan tidak akan ada kehidupan di bumi ini dan umat manusia akan memilih lebih baik mati saja daripada hidup dan bekerja keras. Entah itu mati dengan bunuh diri, menanti maut menjemput, ataupun mati secara perlahan. Apakah motivasi seorang manusia untuk hidup dan berjuang dalam hidupnya? Apakah demi uang, namun uang tidak akan bisa dibawa dan digunakan saat kematian menghampiri. Apakah demi keinginan untuk dikenang sebagai orang yang berkesan bagi orang terkasihi yang ditinggalkan, namun seorang manusia tidak mungkin mengenang orang yang sudah meninggalkan dirinya seumur hidupnya, pasti ada saatnya manusia tersebut bangkit dari keterpurukan ditinggalkan oleh orang terkasihinya dan kembali menjalankan kehidupannya tanpa orang terkasihi tersebut. Lalu apakah motivasi sesungguhnya dari umat manusia untuk menjalani kehidupan. 

Ada banyak orang yang percaya akan sosok tuhan yang merupakan suatu kehadiran yang tidak dapat dibayangkan oleh umat manusia, juga tidak dapat dibuktikan keberadaan dan ketidakberadaannya oleh umat manusia, namun disebut-sebut agung, suci, dan dipuja oleh umat manusia. Sebagian besar dari mereka memiliki kepercayaan bahwa dirinya akan bertemu sosok tuhan di akhirat nanti, entah dirinya akan terkurung dalam neraka--bagi mereka yang melakukan banyak kejahatan di masa hidupnya--,ataukah dirinya akan bersama dengan sosok tuhan di dalam surga--bagi mereka yang banyak melakukan kebajikan di masa hidupnya--. Akan tetapi, bagaimana situasinya jikalau sebenarnya surga dan neraka tidak ada, dan ketika seorang manusia meninggal, jiwanya hanya meninggalkan badannya, dan jiwanya benar-benar musnah. Segala doa-doa yang terlontar selama ini ternyata sia-sia, segala harapan untuk menemui sosok tuhan yang dipuja semasa dirinya hidup juga tidak terpenuhkan. Bila hal tersebut terjadi, akankah manusia tetap berjuang untuk hidup? Apabila seorang Michael Jackson yang sudah wafat benar-benar sudah tidak ada, tidak menjadi hantu, rohnya lenyap, dirinya tidak pergi ke surga dan neraka, dan dirinya benar-benar musnah dari muka bumi, tepat seperti saat dirinya belum lahir. Untuk apakah manusia hidup?

Bila Michael Jackson benar-benar musnah, bagaimana dengan prestasinya saat dirinya masih hidup, bagaimana dengan uang yang susah payah dihasilkan oleh dirinya saat dirinya masih hidup. tidak ada satupun yang bisa dibawanya saat dirinya meninggal. Kalau begitu, untuk apakah Michael Jackson hidup kalau pada akhirnya seluruh kerja keras saat dirinya hidup tidak berarti lagi bagi dirinya ketika maut menjemputnya secara tiba-tiba. Bukankah itu berarti semua yang Michael Jackson lakukan semasa hidupnya sia-sia dan seluruh hal yang dilakukan umat manusia yang sudah terlebih dahulu meninggal adalah sia-sia?

Ketika saya pikirkan jawaban untuk pertanyaan saya sendiri, menurut saya kerja keras Michael Jackson saat dirinya masih hidup adalah sia-sia bagi dirinya sendiri setelah dirinya meninggal. Bagaimana tidak, MJ tidak membawa apapun saat dia meninggal, seluruh ketenaran, uang, dan segala barang miliknya--yang ia dapat dari kerja kerasnya--tidak dapat dia bawa, satupun tidak dapat dia bawa dan digunakannya lagi. Akan tetapi, kerja keras MJ tidak sia-sia bagi orang-orang terdekat MJ, contohnya keluarga MJ, terutama anak-anaknya. Tidak juga sia-sia bagi orang-orang yang mengagumi MJ, bagi fans setia MJ, MJ akan selalu ada di hatinya, akan menjadi inspirasi. Bagi para musisi yang juga adalah fans dari MJ, setiap musik yang dihasilkan MJ akan menjadi panutannya dalam menghasilkan musik. Walaupun MJ meninggal dan mungkin saja dia lenyap sepenuhnya seperti yang saya katakan, namun setiap pundi-pundi uang yang dihasilkan MJ akan tetap berguna bagi keluarga MJ, kasih sayang MJ akan dikenang--meskipun tidak diingat seumur hidup--oleh anak-anak MJ, setiap musik yang diaransemen, tarian yang dipertunjukkan, atribut khas dari MJ akan menjadi kontribusi besar bagi dunia musik, dunia seni tari, dan dunia fashion. Bagi penggemar MJ, MJ akan tetap menjadi role model-nya. Kehidupan MJ sama sekali tidak sia-sia jika dilihat dari manfaatnya bagi orang lain di luar dari pribadi MJ sendiri. Kontribusi MJ untuk dunia--tergantung sudut pandang anda melihatnya--tidaklah sedikit, bahkan terbilang sangat besar.

Pembahasan di atas adalah contoh dari seorang pribadi yang memang semasa hidupnya adalah orang yang tenar, bekerja keras, dan memberikan kontribusi banyak bagi dunia. Namun, apakah kehidupan seorang manusia yang tidak terkenal, tidak melakukan hal-hal yang banyak membantu orang sekitarnya, menjalani hidup ala kadarnya, berarti menjalani hidup yang sia-sia dan kehidupannya akan sia-sia bagi orang sekitarnya juga? Saya tidak mampu menjawabnya, karena ada banyak sekali manusia yang hidup di luar sana, dengan tujuan hidup yang berbeda-beda. Menurut saya, seorang manusia yang hidupnya tidak sia-sia adalah manusia yang telah melakukan hal yang berguna baik orang terdekatnya atau bahkan orang lain. Sekecil apapun itu.

Kesimpulan saya dari perenungan saya ini, salah satu tujuan seorang manusia hidup adalah untuk memberikan 'kemudahan' bagi generasi selanjutnya. Ketika kakek saya meninggal, kerja keras kakek saya semasa hidupnya tidaklah sia-sia, harta yang ditinggalkan, kebijaksanaan, serta nasihat-nasihat yang diberikan oleh kakek sayalah yang membimbing dan menopang kehidupan generasi ayah saya dan kini menopang generasi anak-anak dari ayah saya. 

Friday, May 13, 2016

Me, at Hougetsu Restaurant

Hi, suddenly an urge to write hit me so hard and here I am writing a new post. Yay. This time I’ll give a diary-like review for a food I have just eaten about 3 hours ago at a Japanese restaurant. Pardon my ugly grammar, I have yet to master English Language, I’m no native, so bear with me for some while.


So today I went to one of few authentic Japanese Restaurants in my internship building, Summitmas I building, and it’s called Hougetsu. I went there with my also Internee and college friend, and we were standing outside the restaurant for quite a while to staaared at the menu book, and I could say that we were kind of awkward, well it might be only me. I was feeling so awkward that time. I don't remember I've once went to a restaurant without older people in the past, and this time I went there by myself and my friend. How could it not be awkward. (haha)



Then we just went in, and the automatic sliding door that made of wood was welcoming us. Oh, okay, easy peasy, Desi. It’s just a door. At that time, I haven’t deciding on what I would eat there. We went in, and like usual, the receptionist asked us, “For how many people?” And my friend answered, “For two.” The receptionist brought us in and let us sat on a table with two chairs. 



My first thought when I walked in was I don’t dislike the environment, and at that time, about 11:40 AM, the restaurant was not really packed, just a few Japanese people and some foreign people there. We sat at the table that is located at the furthest corner in the room. I chose the chair that facing the fully transparent sliding kind of window, the scenery was giving calming atmosphere; some trees besides a big ornamental stones fountains. I was offered some tea and chose a cup of warm tea, the tea aroma is so familiar, I think it’s Sariwangi tea. In addition to the tea, the restaurant offered two warm clothes, since the room is kind of warm, I don’t think I need to get any warmer than that, I wiped my hands real quick, and put it back to its wooden plate.

The next thing was I and my friend ordered some foods. The price is quite understandable, all the items are so expensive for me though. I ordered one of the most less pricey menu, I don’t remember the menu name though. It was called Motto Healthy something. At this point, I almost completely forgotten the menu name. That time I was thinking that this menu is the cheapest on the list, 80.000 IDR food was never a cheap of a food for me though, and I kind of wondered what would a healthy menu appeared as, it might be some random salads with mayo, or some warm rice with random sautéed vegetables. All I could imagined was some supposed to be healthy foods but not at all healthy in the process of making. Just like another “healthy” products from another restaurants. My friend ordered a chicken teriyaki set rice. At first, we would like to ordered a menu set and split the bill, but there were no menu set so we couldn’t do our plan. Also, it would look so awkward and pitiful to eat a menu set and split the bill, it would appeared as if we are so poor but we forced ourselves to eat out at a supposedly pricey Japanese Restaurant.

We spend quite a time to wait for the foods to came out, mine was simpler, so it’s out first. The first time I looked at my food, oh, I could be the healthiest girl in the world by eating this. Why don’t I thought so? You know, the food is the very definitive of healthy food. It was containing ALL BOILED VEGETABLES. Um, it could be boiled or steamed though, and I couldn’t tell them apart. Oh in my menu set, there was also a small plate of sauce, some orange sauce and I had no idea what sauce was it, even until now. I had a big complain about cutlery though, why the hell they give me a pair of wooden chopsticks? Don’t they know that wooden chopsticks are not good for man’s health? Urgh. 

I don’t eat my food right away since I don’t feel all that hungry that time, instead I waited for my friend’s food that came out about 20 minutes more. When I was waiting for mine and my friend’s food, at first I was playing my gadget, since I still haven’t gotten used to the environment of the restaurant, but I put back my gadget, it’s never a right thing to play your gadget when you’re with your friends, family, or even acquaintances. It’s not a good habit to ignored your accompanies just to stared at some lifeless technology. So I stared at the outside scenery instead. We chatted a lot, the soothing environment was kind of improving my (pre-period) mood so that I didn’t turn into some assholes. We chatted about random things, the awkward environment, the Sariwangi tea, photos on her Instagram, things like that. And then her food finally came out.

Unlike mine, her 40.000 IDR more expensive food was more humanly, well it was to be expected. It’s more expensive after all. It consisted of a bowl of rice, a bowl of soup, tiny plate of pickles, tiny plate of brown-ish square-cut chicken breast meat and chayote, tiny plate of dessert consisted of small pieces of jelly, pudding, and tiny bit of strawberry for garnish, aaaand the main food, teriyaki chicken. Though it looked good but not grand.

It’s finally time to eat. Let’s eat~

Eh, I described my friend’s food in detail, but how about mine. I need to described my food before I forgot about them completely, so my healthy lunch consisted of one big plate of vegetables, three pieces of local tofu, and some enoki mushrooms. Those vegetables were negi, uh, green onions, medium length cut green onions to be exact, two big onion rings, two pieces of kabocha, kabocha is Japanese pumpkin, it tasted neutral, I don’t really taste anything to be honest, then a small piece of Chinese cabbage (sawi, duh-_-), Oh, oh! And one piece of eggplant. All of them were either steamed or boiled. And I still have no clue as to what is that orange saucy thingy, it tasted sour, and it contained some grated thingy, maybe grated daikon, I don’t know. Maybe I was supposed to dip my veggies into that sour thingy so I did so. They were lucky that I noticed they made some cutting pattern to the eggplant though. Their effort has noticed by me. (lol)

My food didn’t taste unnecessarily amazing, grand, or anything. But the yasashii taste soothed my tongue. So I felt no regret to have paid 80.000 IDR for that food. Rather than putting oily, strong tasting foods into my mouth, eating those veggies would be better for my body. Still, I would never said that 80.000 IDR for only veggies was worth it. I just didn’t feel like regretting it.

After we finished our lunch, the waiter offered us some coffee, since I have never take a liking to coffee, I refused it. My friend, too, because she saw that other guests were drinking black coffee. One more reason as to why I refused it, because I was afraid that they will charge me more. (lol, stingy me)

At first I was pretty sure they will charge us more than the so called written prices. But, boy I was wrong, they didn’t. I was expecting that we would pay for the service fee, taxes, teas, etc. Luckily, we didn’t have to.

I don’t know what should I called this essay as? A review? Not really look like a review, though. A diary? Yup, it kind of a diary, I guess. Whatever this is, I will rate my healthy lunch from Hougetsu 2.5 out of 5. I will call the dish maamaa. If it was cheaper, I will rate it 3.5 out of 5, because I liked the environment and the outside window scenery. Oh, but if I remembered about how they gave us those stinky and poisonous wooden chopsticks, and how the table was shaking when we ate, urgh, those two factors were so annoying that I don’t feel like to give any stars.



That’s all. Ciao.

Saturday, May 7, 2016

MY REALISTIC WAYS TO LOSE WEIGHT (CARA MASUK AKAL UNTUK MENURUNKAN BERAT BADAN ALA DESI)


Yahoo, it's been a super long time since the last time I updated my blog.
Nggak pernah punya topik untuk bisa di-share ke blog gua, but at last gua menemukan satu topik yang akhir-akhir ini sedang gua dalami. Setelah banyak membaca di sana sini, mencoba ini itu, akhirnya gua menemukan cara-cara yang cocok untuk diri gua, dan benar-benar membantu gua menurunkan berat badan, fiuh. Akhirnya, blog gua yang berdebu ini bisa terisi lagi.

Disclaimer: Ini bukan panduan untuk diet. bukan juga cara menurunkan berat badan 15kg dalam 10 hari. Ini hanyalah sharing dari gua, mengenai cara yang menurut gua masuk akal dan manusiawi untuk mencapai berat badan ideal, tanpa menyiksa lambung, well, sedikit menyiksa otot lengan, perut, dan kaki, tetapi gua harap akan meningkatkan kesehatan tubuh gua untuk menjalani masa depan nanti. (If I can keep these up forever). Gua hanya sharing pengalaman, karena ini semua hal yang gua lakukan setiap hari, dan terbukti baik untuk tubuh gua.

Sekedar peringatan, lain tubuh, lain cara. Cara di bawah ini nggak mungkin cocok untuk semua tubuh dan semua orang. Gua nggak mencoba memotivasi siapapun untuk mengikuti cara-cara ini, tapi kalau lu ingin mencobanya, resiko ditanggung diri lu sendiri.
I hold no responsibilities, as you read this and do it by yourself, okay.
Tetap berhati-hati, positive thinking, jangan berlebihan dan memaksa diri, take your time, losing weight adalah jalan panjang yang ujungnya nggak tahu kapan bakal tercapai, tapi ujungnya tetap ada. Dan saat lu tiba di sana, lu bakal merasa bahwa pencapaian tersebut adalah salah satu pencapaian yang sudah lu dapat dengan susah payah, tapi manis.
Let's get to the main topic.

THESE ARE THINGS I DO 5 TIMES A WEEK:


1. Eat three meals everyday, don't skip any meals as I don't want to and don't like to starve myself and lower my metabolism pace

Sarapan nggak perlu sampai kenyang-kenyang banget, oatmeal dengan susu dan pisang sudah cukup untuk beraktifitas dan mengganjal perut hingga waktu makan siang. Oatmeal mengandung cukup serat dan baik untuk kesehatan jantung (katanya), dan bagus untuk pencernaan.
Untuk makan siang, karena gua berada dalam keluarga di mana nasi putih adalah makanan pokok, gua tetap makan nasi putih, tapi dengan porsi yang nggak banyak.
Menurut gua nasi putih kurang esensial untuk tubuh karena terlalu mudah dicerna, tinggi gula, dan kurang membantu untuk menahan rasa lapar, jadinya gua siasati dengan perbanyak lauk (sayur hijau, sup, telur, dll). Makan gorengan masih oke, asalkan porsinya masih masuk akal.
Lu mana bisa berharap lu cepat kurus tapi tiap hari makan gorengan berpotong-potong.
Keep being realistic.
Gua masih memperbolehkan diri gua ngemil, ngemil coklat atau steamed cake-nya Lawso* sesekali, boleh lah, ya. Kalau gua terlalu sering “menyiksa” diri dengan tidak memakan sesuatu saat diri gua sedang craving, yang ada malah nantinya gua lapar mata terus-terusan, dan malah tambah rakus. I won’t let myself experiencing that kind of torture ever again.
I used to count my intake calories using Noom Coach apps, but no more. Gua terlalu malas untuk terus masukin makanan yang gua makan sehari-hari semata-mata untuk mengetahui intake calories, aish, I don’t have such motivation to keep that kind of lifestyle (if I could call it one) forever. Lagipula, terlalu terfokus dengan perhitungan kalori bisa membuat seseorang terobsesi dan pada akhirnya bisa memicu stress.
As much as I loathe calories-counting, gua tetap percaya bahwa gua harus keep this in mind, calorie intake tetap harus terkontrol, dan cara mudah yang gua pakai adalah (berusaha untuk) selalu membaca komposisi makanan, gua berusaha menghindari package food di mana tidak tertuliskan kalori yang terkandung dalam makanan tersebut, gua selalu ingin protes ke produsen makanan di Indonesia sih, mereka masih belum punya kesadaran, dan kebutuhan untuk menyajikan suatu produk dengan memberitahukan kandungan kalorinya kepada konsumen. Mungkin menurut produsen makanan di Indonesia, hal tersebut masih belum penting, ya.
And I ate a loooot of veggies, and fruits. Each day, we need to at least poop once or twice. So, fruits and veggies are great help.

2. Move a lot, keep moving, walk a lot and briskly

Saat ini gua sedang magang di salah satu perusahaan dengan ruangan kantor yang terletak di lantai 10, dan karena gua nggak mau menyakiti lutut gua, setiap hari gua hanya naik sekitar 3 lantai (menggunakan lift sampai lantai 7, dan naik tangga sampai lantai 10), masih lebih baik daripada nggak naik tangga sama sekali kalau menurut gua.
I read it somewhere, bahwa naik tangga itu membuat lutut menopang beban hingga 3 kali dari badan seseorang, jadinya kurang baik untuk kesehatan lutut.
(Oh my poor not so little knees..)
Many articles said, ditch the lift and use stairs more, but let's not overdo that either.
Selanjutnya, berjalan dengan tempo cepat, dengan langkah yang agak kasar terbukti bisa mengecilkan paha, dan membuat otot di betis (;-;)...
Well, untuk gua yang saaaangat ingin mengecilkan betis, otot di betis tentu nggak gua harapkan, tapi mungkin seiring menurunnya berat badan, betis bisa mengecil secara perlahan. (hope so.)
Sebenarnya berjalan dengan langkah cepat dan agak kasar kurang baik untuk tulang telapak kaki dan tumit, so I shouldn't overdo this one as well, juga sangat tidak disarankan saat seseorang menggunakan sepatu high heels, well, I don’t have high heels so I’m good to go. Tapi gua tetap memastikan diri gua memakai sepatu yang nyaman, as I don’t want to get any unnecessary pain on my heels.
Gua selalu menyisihkan waktu untuk turun tangga, (10 lantai, dan sekitar 2 kali sehari saat ingin ke turun ke kantin, dan saat ingin pulang) pokoknya asalkan badan ini tetap bergerak.
Ada yang bilang, berdiri itu masih membakar kalori, dan duduk itu tidak membakar kalori sebanyak saat kita berdiri. So I’d rather move my body as many times as I could.

3. Cukup tidur

Sebenarnya gua terpaksa tidur cukup karena memang harus berangkat pagi dan pulang malam. Jadi, setiap hari gua bangun pukul 5.30 dan pulang malam sekitar pukul 19.00. Oleh karena itu, sekitar pukul 21.00~22.00 gua mewajibkan diri gua untuk tidur.
Orang dewasa membutuhkan tidur sekitar 7~8 jam. Cukup tidur itu sangat berguna untuk membangun mood yang bagus untuk beraktifitas di esok harinya, menekan napsu ngemil cemilan manis-manis, dan yang paling penting, sangat baik untuk melancarkan metabolisme tubuh manusia.
Lagipula, apa bagusnya bergadang, besokannya bad mood, bawah mata makin lebam, lapar tengah malam, apalagi kalau sampai besokannya nggak bisa bangun. Oh, how about NO. Kurang tidur bisa membuat gua craving gila-gilaan the next day. So I'd rather not to do that.

4. Minum banyak air bening, yup, sangat banyak

Gua tiap hari bawa botol minum sebesar mungkin yang gua punya ke kantor, and I keep hydrating my body.
Ditch those sodas and sugar-dense drinks. Susu masih oke kalau menurut gua, asal jangan susu yang ada flavor-nya, karena biasanya mengandung gula yang cukup tinggi, dan kandungan gula setinggi itu nggak penting buat tubuh. Jus buah juga masih oke, asalkan sugar-free, not highly processed. Gua juga sudah punya kebiasaan untuk minum teh hijau di pagi hari, dan kadang-kadang minum teh hitam di siang hari, walaupun nge-teh di siang hari biasa gua lakukan kalau gua rasa gua sudah agak overeating di hari itu (lol). Sebenarnya, over-drink water itu juga nggak bagus, sesuatu yang berlebihan memang tidak akan pernah baik, katanya bisa keracunan air, uh, I don’t really understand either, jadi gua terus berusaha mencoba untuk minum air dengan amount yang masuk akal saja.
Downside dari banyak minum air itu, gua jadi bolak balik toilet macam orang beser...

5. Menimbang berat badan (weekly, or monthly)

Yang satu ini kalau menurut gua bagaikan pisau bermata dua, sih. Terkadang rajin menimbang berat badan bisa membuat gua patah hati kalau berat badan nggak turun-turun setelah sekian hari berlalu, apalagi kalau angka berat badan bertambah.
Tapi menimbang berat badan juga penting, untuk mengetahui progress dari penurunan berat badan gua. Meskipun sebenarnya menimbang badan setiap hari kurang disarankan, tapi gua tetap melakukannya. (._.)
Gua selalu menimbang badan setelah bangun tidur, tanpa baju, dan sudah berbisnis ke toilet. Dan gua gunakan aplikasi S Health, dan Kanahei’s Casual dieting-weight manager, (simply karena apps itu memiliki gambar yang lucu) untuk logging in berat badan harian gua.

6. Olahraga ringan

Ini gua lakukan karena gua ingin memaksimalkan penurunan berat badan dan gua ingin tubuh yang lebih kuat dan otot-otot yang kencang (well, gua punya sedikit waktu luang sebelum waktunya tidur.)
Gua bukan tipe yang suka olahraga yang mengharuskan gua loncat-loncat, berlari, pokoknya gua benci olahraga yang high-paced dan bikin banjir keringat. Dan memang faktanya, gua nggak perlu menyiksa badan gua. :D
Maka, gua sehari-hari hanya melakukan plank, selalu 1 menit per sesi. Setiap baru bangun tidur, dan sebelum tidur. Gua melakukan lebih dari 2 kali pada weekend. Juga, gua mengikuti exercising videos dari Cassey Ho, founder dari Blogilates, berikut 2 exercises yang sedang gua sukai akhir-akhir ini.

Olahraga ringan setidaknya membuat metabolisme tetap lancar, dan lumayan, 'kan kalau bisa mengecilkan sekaligus memperkuat otot lengan. :D

Um, I guess that’s all. I don’t plan to make this list and typed these all purely on whim. Since I don’t really have things I need to do in this long weekend, haha.

Gua sekali lagi tegaskan, gua nggak memotivasi siapapun untuk mengikuti lifestyle seperti ini, it might hurt somebody, or it wouldn’t work for you, gua hanya sharing.
Tapi, one thing for sure, gua nggak percaya penurunan berat badan yang instan karena segala hal yang instan tak akan bertahan lama.
Starving yourself? Excessively exercising your body? Those are big nopes for me, and you, who are reading this right now, shouldn't do that either.
I used to do those a lot, starved myself, watched myself gotten unhealthily skinnier, did so many exercises, overworked my body, then one day my motivation collapsed, I binge-eating because I was soooo freaking hungry I could eat a man, then I forcefully vomited those foods I’ve eaten (I believe this called Bulimia Nervosa) just because I felt guilty of it.

Luckily, I somewhat overcome that eating disorder loop before it comes to get my body.
Gua benar-benar sudah nggak mau kembali menjadi diri gua di masa lalu itu.
And I really hope nobody would ever experience the very same thing as my old self.

Uh, just love your body lah, you only have one body and you’ll keep living using that very body. So, keep a good care of it.


Ciao.