Tuesday, September 13, 2011

In My Dream

This is my first FanFiction, hope you like this!
jangan di plagiat, walaupun jelek ini butuh usaha bikinnya. haha!


In My Dream

Cast:
Kim Jong Woon a.k.a Kim Yesung
Bae Su Ji a.k.a Suzy
Kim Heechul
and other Super Junior Member

Disclaimer:
All casts above is God's, but this story is mine.

Let the story begin..

"Su Ji! Jangan tinggalkan aku! Su Ji! Tidaaaak! Berhenti di tempatmu Su Ji! Kumohon!" aku terus berteriak dan berlari.
Tiba-tiba Su Ji berhenti dan berbalik, ia berjalan kearahku. Lalu ia mengelus pipiku, dan berkata dengan lembut, "Oppa, jangan menangis. Maafkan aku."
Lalu ia berbalik dan pergi dengan air mata berderai. Aku pun jatuh di tempatku berdiri, menangis dalam pilu. "Su Ji.."
"Hyung.. Hyung.." samar-samar aku mendengar ada yang memanggilku. Siapa itu? Dia terus mengguncang tubuhku. Akhirnya aku membuka mataku.
"Hmm?"
"Hyung? Hyung tidak apa-apa? Hyung bermimpi buruk?"
Ternyata Ryeowook. Aku duduk, dan menatap Ryeowook.
"Aku? Bermimpi buruk?" aku bertanya penuh keheranan, seketika aku lupa dengan mimpiku tadi.
"Hyung, berteriak dan menangis. Itu air mata Hyung masih tersisa."
Aku menangis? Aku mulai mengingat-ingat apa yang kumimpikan tadi sambil menyeka air mataku.
"Hyung, bermimpi tentang..dia..lagi?"
Ryeowook bertanya dengan hati-hati.
"Siapa maksudmu Wookie-ah?"
"Dia.. Bae Su Ji.."
Aku terenyak, wajahku berubah seketika menjadi amat pilu.
Sakit. Itu yang aku rasakan ketika mendengar nama itu disebut setelah sekian lama aku tidak mendengar nama itu lagi.
"Hyung, maaf. Hyung, gwaenchanayo?"
"Gwaenchana Wookie-ah."
"Umm.. Apa Hyung mau bercerita tadi Hyung bermimpi apa?" Ryeowook bertanya dengan penuh kecemasan.
"Aku.. Bermimpi.. Dia berlari meninggalkanku, Wookie-ah.
Ia berpesan padaku, jangan menangis. Dan juga ia meminta maaf."
"Benarkah? Hyung-ah.. Hyung harus kuat." raut Ryeowook yang semula cemas, kini bertambah kalut. Ini semua salahku.
"Aku pasti kuat, Wookie-ah. Jangan kuatir." ucapku sambil menepuk pundaknya.
"Semua!! Ayo sarapan!! Jam 10 nanti kita harus show di MBC Star!" Leeteuk Hyung berteriak nyaring dari dorm lantai bawah.
"Kajja." aku mengajak Ryeowook turun dengan senyum mengembang.
Itu hanya mimpi, hanya mimpi Jong Woon-ah. Jangan biarkan mimpi itu membuatmu bad mood hari ini, this is really just dream. Aku berusaha menguatkan diriku.

Sejak dulu, apabila aku memimpikan dia. Aku pasti menangis ketika terbangun. Begitu pedihkah hatiku? Sungguh menyedihkan dirimu, Jong Woon-ah!
Disaat aku sedang melamun di ruang ganti MBC Star. Akupun tertidur.

"Oppa, kajja." Su Ji berkata padaku dengan senyum cerianya.
"Ingin kemana Su Ji-ah?" aku juga ikut tersenyum. Sepertinya Su Ji memiliki senyum yang menular.
"Aku ingin mengajak Oppa makan es krim yang dijual seorang Ahjumma di belokan itu, Oppa!" Dia menggandeng manja lenganku.
"Kajja." aku pun luluh dan mengikuti langkahnya.
Kami memesan es krim, aku rasa coklat, dan Su Ji rasa mint. Rasa kesukaannya.
Ia mengambilkan es krim milikku, dan ketika ia ingin menyodorkannya padaku. Tiba-tiba saja ia terdiam dan ia menunduk.
Sangat lama.. Sampai es krim itu mencair.
"Su Ji, kau kenapa? Kemarikan es krimku!" aku berkata sambil tergelak. Aku pikir ia ingin mengerjaiku.
Sejenak aku merasa aneh dengan terdiamnya Su Ji.
Aku mendekatinya, dan memegang tangannya yg menggenggam es krim itu.
"Su Ji-ah.."
Astaga! Tangan Su Ji sangat dingin.
Seketika Su Ji berubah menjadi es yang mencair dan menjadi genangan air.
Sekelilingku pun berubah menjadi air.
Sejenak aku berpikir. Apa ini?
Aku berjalan, dan terus berjalan.
"Su Ji! Su Ji!" kemanakah dia? Aku sangat bingung sekarang. Sebenarnya apa yang terjadi dan aku sedang berada dimana?
Tiba-tiba saja ad sepercik sinar. Aku melihat seorang gadis dengan rambut panjang berdiri terdiam di ujung sana.
Itu sepertinya Su Ji.
"Su Ji! Su Ji! Oppa disini Su Ji-ah!"
Gadis itu terdiam membeku di tempatnya berdiri sekarang.
Aku berlari, dan setelah semakin dekat, akhirnya Su Ji menyadari kedatanganku.
"Oppa!" Su Ji memanggilku dengan senyum sumringah. Ketika sudah berhadapan dengannya aku merentangkan tangan dan bersiap mendekapnya dalam pelukanku. Saat dia sudah kupeluk. Tiba-tiba saja dia hilang menjadi asap.
Sssssshhhhhhh..
Hilang. Su Ji hilang. Sebelum menghilang, Su Ji sempat menunjukkan senyumnya. Senyum yang aku rindukan.
"hahh..hahh..hahh.."

Aku terbangun. Hujan keringat membasahi kemejaku. Beberapa saat aku terdiam. Merenung. Sedang apa aku diruang ganti?
Aku berpikir ulang apa yang baru saja kulakukan.
Dan aku mendapatkannya. Aku ingat, aku ingat apa yang baru saja terjadi.
Aku bermimpi. Bukan mimpi yang asing, mimpi tentang gadis itu. Bae Su Ji.
Bodoh! Berulang kali aku membenturkan kepalaku ke tembok. Aku berharap dengan ini aku bisa lupa ingatan. Tidak! Tidak hanya lupa ingatan. Aku ingin mati saja!
Mati menyusul Bae Su Ji, gadis yang amat kurindukan. Sangat kurindukan.
Su Ji-ah, kau dimana? Sekarang kau sedang apa?
Aku sedang sangat menderita tanpamu. Kenapa kau meninggalkanku, Su Ji-ah?
Apa kau tidak tahu betapa aku merindukanmu?
Aku terus membenturkan kepalaku ke tembok.
"Yesung-ah! Yesung-ah! Kau melakukan apa Yesung-ah!"
aku tidak memerdulikan teriakan itu. Hah! Leeteuk-Hyung tidak akan mengerti apa yang terjadi padaku!
Dia tidak akan paham!
Kepalaku kini sudah berdarah. Aku tetap melanjutkan aksiku. Membenturkan kepala sampai amnesia.
Tapi kepalang basah, aksiku yang sudah diketahui sang Leader langsung dihentikan olehnya.
Plakk!
Leeteuk-Hyung menamparku. Tidak keras, namun cukup untuk mengagetkanku.
Seketika dia menarik tanganku hingga berbalik dan menamparku.
"Hyung!" Siwon menghampiri Leeteuk-Hyung dan memegangi tangannya. Kini ruangan ini berubah menjadi ramai. Lukaku sudah dipakaikan plast oleh Ryeowook, dongsaeng yang paling kusayangi.

Semua anggota sudah berkumpul di ruangan ini. Aku tetap memejamkan mataku. Tidak perduli apa yang akan menimpaku. Aku merasa aku telah melakukan hal yang benar. Namun bodoh.
"Jelaskan padaku apa yang kau lakukan Jong Woon-ah!!"
Leeteuk-Hyung murka dan langsung menyemprotku dengan teriakannya.
Aku tetap berpegang teguh dengan kediamanku. Aku merasa aman apabila aku berdiam diri seperti ini.
"Jong Woon-ah! Jawab pertanyaanku! Aku tidak suka orang yang kuajak bicara berdiam sepertimu sekarang!! Jawab!!"
"Hyung, jangan memakinya seperti itu Hyung." Sungmin yang sejak tadi terdiam akhirnya berbicara dan berusaha membelaku.
"Diam, Sungmin!" Leeteuk berteriak kembali.
"Hyung tidak boleh seperti itu. Aku tahu Hyung sedang marah, tapi janganlah memaki-maki semua orang!" Kyuhyun angkat bicara, tidak terima Hyung tersayangnya dimaki Leeteuk-Hyung.
"Diam kau!"
Kyuhyun yang terkejut langsung menutup mulutnya. Tidak berani berbicara lebih lanjut.
Tidak ingin suasana ini menjadi lebih buruk. Aku pun membuka suara.
"Aku ingin mati, Hyung."
"MWO?!!" semua berteriak serentak. Dengan mata mereka yang membulat besar. Aku tidak peduli.
"Jelaskan padaku. Apa maksudmu ingin mati?" Leeteuk berbicara dengan nada yang jauh lebih rendah daripada yang tadi. Ia berusaha menahan emosinya. Sedangkan anggota lainnya memasang raut wajah sedih, kaget, entahlah. Semua ekspresi yang bercampur.
"Aku sudah tidak kuat hidup, Hyung." ucapku tidak bertenaga.
"Karena Bae Su Ji, Hyung?" Ryeowook membuka suara.
"Bae..Su..Ji?" Leeteuk-Hyung mengucapkan nama itu dengan terbata-bata seolah-olah nama itu sangat sulit dan mengerikan untuk diucapkan.
"ehmm." Leeteuk-Hyung berdeham untuk memulai bicaranya lagi.
"Jong Woon-ah, benarkah itu?"
"Ne. Aku sangat merindukannya Hyung. Bahkan aku terus memimpikannya. Kenapa harus seperti itu Hyung? Kenapa?
Kenapa aku tidak bisa melupakannya? Kenangan bersamanya selalu kuingat. Semuanya. Setiap aku bermimpi tentangnya aku selalu menangis ketika bangun." Ceritaku mengalir bagai air bah.
Semuanya menatapku. Beberapa diantaranya sudah menutup wajahnya. Mungkin menangis.
"Jadi itulah yang membuatmu ingin mati.
Jong Woon-ah, apa kau tidak pernah menganggap keberadaanku?"
aku terenyak dengan pertanyaan Leeteuk-Hyung. Menganggap keberadaannya? Tentu saja aku sangat menganggap keberadaannya penting.
Dengan terbata-bata aku menjawab.
"Aku..sangat menganggapmu..penting Hyung.. Sangat penting, melebihi nyawaku sendiri. Kalian semua juga."
aku menunduk setelah mengucapkan semua itu. Aku menitikkan air mata yang sudah sejak tadi kutahan.
"Tapi, kenapa kau tidak memikirkan kami, ketika kau membenturkan kepalamu tadi?
Kau benar-benar ingin mati? Kalau begitu aku pun bisa."
apa maksudnya?
Ternyata Leeteuk-Hyung mendekati tembok yang tadi kugunakan untuk membentur kepala. Dan mulai membentur kepalanya sendiri.
"Hyung!!" semuanya sudah berlari kearahnya dan Heechul-Hyung sudah memegangi tangan Leeteuk-Hyung seperti polisi memborgol penjahat.
"Tidak! Heechul-ah! Jangan hentikan aku! Jong Woon tidak pernah menganggapku ada! Aku perlu mati supaya Jong Woon menganggapku ada! Benar 'kan Jong Woon-ah? Dengan aku mati, kau bisa mengakui keberadaanku 'kan?" dia bertanya dengan senyum sinisnya.
Heechul-Hyung yang sedari tadi diam, akhirnya berbicara sambil memegangi kedua tangan Leeteuk-Hyung.
"Jong Woon-ah.." aku tidak pernah mendengar Heechul-Hyung berbicara selembut ini.
"Ne, Hyung?"
"Jong Woon-ah, kau.. Sangat menyayangi dongsaeng ku itu, ya?"
Aku terkaget, aku baru ingat Su Ji adalah dongsaeng nya.
Aku hanya bisa mengangguk. Aku merasa bersalah. Tidak sepatutnya aku bersedih terlalu berlebihan seperti ini. Seharusnya aku mengerti, Heechul-Hyung lah yang jauh lebih bersedih dibanding semua orang, termasuk.. Dibandingkan denganku.
"Su..Ji.. Juga sangat menyayangimu, Jong Woon-ah." Heechul-Hyung berkata dengan senyum yang amat tulus. Jika tidak dalam keadaan seperti ini mungkin aku sudah meledek Heechul-Hyung karena tidak biasanya ia tersenyum seperti itu.
Dia mulai melepas tangan Leeteuk-Hyung.
Leeteuk-Hyung menunduk dan menangis dalam pilu.
Yang lebih mengejutkan. Tiba-tiba saja Heechul-Hyung memelukku.
"Su Ji, memang sudah mengidap kanker otak itu sejak kecil, Jong Woon-ah." suaranya mulai bergetar.
"Su Ji, sejak dulu adalah anak yang kuat, aku pun terkejut, anak yang memiliki semangat tinggi, ceria dan baik hati sepertinya harus meninggal secepat itu."
Heechul-Hyung melepas pelukannya.
Dan mulai berkata sambil berpegang pada pundakku.
"Kau tahu apa yang Su Ji ucapkan sebelum dia meninggalkan kita?"
"Tidak Hyung." jawabku pendek.
"Dia berkata
'Chul Oppa, aku senang memiliki Oppa sepertimu. Meskipun kau galak, tak berperasaan, kejam, dan atheis, aku tetap menyayangimu Oppa. Berkatmu pun..aku bisa bertemu orang seperti Jong Woon-Oppa. Sampaikan padanya, aku sudah tidak bisa menunggunya lagi. Kuharap kami berdua dapat bertemu lagi. Selamat tinggal Oppa.' aku tidak akan lupa kata-katanya hari itu."
Heechul-Hyung jatuh bersujud di depanku, dan menangis sesenggukkan.
Aku berdiri, terdiam. Air mataku mengalir dalam keheningan itu.
"Hyung.. Jangan menangis, Hyung.." Ryeowook memegang pundakku.
Aku yang sudah tidak kuat menahan sakit ini akhirnya meledak. Aku menangis sejadi-jadinya.

"Oppa, jangan menangis. Jangan menangis ya?"
"Menangis? Oppa tidak menangis! Kenapa Oppa harus menangis? Kamu ada di sisiku, aku tidak perlu bersedih." aku berkata dengan tersenyum.
"Janji ya Oppa?"
"Iya. Oppa janji, Oppa tidak akan menangis. Sekalipun."
"Kalau begitu, Su Ji sudah boleh pergi 'kan, Oppa?"
"Pergi? Kau mau kemana Su Ji-ah?"
"Pergi. Ke suatu tempat. Oppa, berbahagialah tanpaku."
Su Ji yang sejak tadi berbaring di sampingku tiba-tiba bangun. Dan ia pun pergi.
Aku tidak menangis, tidak akan. Itulah janjiku.
Selamat tinggal Su Ji. Bae Su Ji.

2 comments:

I will always love comments~