This is my first FanFiction, hope you like this!
jangan di plagiat, walaupun jelek ini butuh usaha bikinnya. haha!
In
My Dream
Cast:
Kim
Jong Woon a.k.a Kim Yesung
Bae Su Ji a.k.a Suzy
Kim
Heechul
and
other Super Junior Member
Disclaimer:
All
casts above is God's, but this story is mine.
Let
the story begin..
"Su
Ji! Jangan tinggalkan aku! Su Ji! Tidaaaak! Berhenti di
tempatmu Su Ji! Kumohon!" aku terus berteriak dan berlari.
Tiba-tiba Su Ji berhenti dan berbalik, ia
berjalan kearahku. Lalu ia mengelus pipiku, dan berkata dengan lembut, "Oppa, jangan
menangis. Maafkan aku."
Lalu ia berbalik dan pergi dengan air mata
berderai. Aku pun jatuh di tempatku berdiri, menangis dalam pilu. "Su Ji.."
"Hyung..
Hyung.." samar-samar aku mendengar ada yang memanggilku. Siapa itu? Dia
terus mengguncang tubuhku. Akhirnya aku membuka mataku.
"Hmm?"
"Hyung?
Hyung tidak apa-apa? Hyung bermimpi buruk?"
Ternyata
Ryeowook. Aku duduk, dan menatap Ryeowook.
"Aku?
Bermimpi buruk?" aku bertanya penuh keheranan, seketika aku lupa dengan
mimpiku tadi.
"Hyung,
berteriak dan menangis. Itu air mata Hyung masih tersisa."
Aku
menangis? Aku mulai mengingat-ingat apa yang kumimpikan tadi sambil menyeka air
mataku.
"Hyung, bermimpi tentang..dia..lagi?"
Ryeowook
bertanya dengan hati-hati.
"Siapa maksudmu Wookie-ah?"
"Dia.. Bae Su Ji.."
Aku
terenyak, wajahku berubah seketika menjadi amat pilu.
Sakit.
Itu yang aku rasakan ketika mendengar nama itu disebut setelah sekian lama aku
tidak mendengar nama itu lagi.
"Hyung,
maaf. Hyung, gwaenchanayo?"
"Gwaenchana
Wookie-ah."
"Umm.. Apa Hyung mau bercerita tadi Hyung
bermimpi apa?" Ryeowook bertanya dengan penuh kecemasan.
"Aku.. Bermimpi.. Dia berlari
meninggalkanku, Wookie-ah.
Ia berpesan padaku, jangan menangis. Dan juga
ia meminta maaf."
"Benarkah? Hyung-ah.. Hyung harus kuat."
raut Ryeowook yang semula cemas, kini bertambah kalut. Ini semua salahku.
"Aku pasti kuat, Wookie-ah. Jangan
kuatir." ucapku sambil menepuk pundaknya.
"Semua!! Ayo sarapan!! Jam 10 nanti kita
harus show di MBC Star!" Leeteuk Hyung berteriak nyaring dari dorm lantai
bawah.
"Kajja."
aku mengajak Ryeowook turun dengan senyum mengembang.
Itu
hanya mimpi, hanya mimpi Jong Woon-ah. Jangan biarkan mimpi itu membuatmu bad
mood hari ini, this is really just dream. Aku berusaha menguatkan diriku.
Sejak
dulu, apabila aku memimpikan dia. Aku pasti menangis ketika terbangun. Begitu
pedihkah hatiku? Sungguh menyedihkan dirimu, Jong Woon-ah!
Disaat
aku sedang melamun di ruang ganti MBC Star. Akupun
tertidur.
"Oppa, kajja." Su Ji berkata padaku
dengan senyum cerianya.
"Ingin kemana Su Ji-ah?" aku juga
ikut tersenyum. Sepertinya Su Ji memiliki senyum yang menular.
"Aku ingin mengajak Oppa makan es krim
yang dijual seorang Ahjumma di belokan itu, Oppa!" Dia menggandeng manja
lenganku.
"Kajja." aku pun luluh dan mengikuti
langkahnya.
Kami memesan es krim, aku rasa coklat, dan Su
Ji rasa mint. Rasa kesukaannya.
Ia mengambilkan es krim milikku, dan ketika ia
ingin menyodorkannya padaku. Tiba-tiba saja ia terdiam dan ia menunduk.
Sangat lama.. Sampai es krim itu mencair.
"Su Ji, kau kenapa? Kemarikan es
krimku!" aku berkata sambil tergelak. Aku pikir ia ingin mengerjaiku.
Sejenak aku merasa aneh dengan terdiamnya Su
Ji.
Aku
mendekatinya, dan memegang tangannya yg menggenggam es krim itu.
"Su Ji-ah.."
Astaga! Tangan Su Ji sangat dingin.
Seketika
Su Ji berubah menjadi es yang mencair dan menjadi genangan air.
Sekelilingku
pun berubah menjadi air.
Sejenak
aku berpikir. Apa ini?
Aku
berjalan, dan terus berjalan.
"Su Ji! Su Ji!" kemanakah dia? Aku
sangat bingung sekarang. Sebenarnya apa yang terjadi dan aku sedang berada
dimana?
Tiba-tiba
saja ad sepercik sinar. Aku melihat seorang gadis dengan rambut panjang berdiri
terdiam di ujung sana.
Itu sepertinya Su Ji.
"Su Ji! Su Ji! Oppa disini Su Ji-ah!"
Gadis itu terdiam membeku di tempatnya berdiri
sekarang.
Aku berlari, dan setelah semakin dekat,
akhirnya Su Ji menyadari kedatanganku.
"Oppa!" Su Ji memanggilku dengan
senyum sumringah. Ketika
sudah berhadapan dengannya aku merentangkan tangan dan bersiap mendekapnya
dalam pelukanku. Saat dia sudah kupeluk. Tiba-tiba saja dia hilang menjadi
asap.
Sssssshhhhhhh..
Hilang.
Su Ji hilang. Sebelum menghilang, Su Ji sempat menunjukkan senyumnya. Senyum
yang aku rindukan.
"hahh..hahh..hahh.."
Aku
terbangun. Hujan keringat membasahi kemejaku. Beberapa saat aku terdiam.
Merenung. Sedang apa aku diruang ganti?
Aku
berpikir ulang apa yang baru saja kulakukan.
Dan
aku mendapatkannya. Aku ingat, aku ingat apa yang baru saja terjadi.
Aku
bermimpi. Bukan mimpi yang asing, mimpi tentang gadis itu. Bae Su Ji.
Bodoh!
Berulang kali aku membenturkan kepalaku ke tembok. Aku
berharap dengan ini aku bisa lupa ingatan. Tidak! Tidak hanya lupa ingatan. Aku
ingin mati saja!
Mati menyusul Bae Su Ji, gadis yang amat
kurindukan. Sangat kurindukan.
Su Ji-ah, kau dimana? Sekarang kau sedang apa?
Aku sedang sangat menderita tanpamu. Kenapa kau
meninggalkanku, Su Ji-ah?
Apa
kau tidak tahu betapa aku merindukanmu?
Aku
terus membenturkan kepalaku ke tembok.
"Yesung-ah!
Yesung-ah! Kau melakukan apa Yesung-ah!"
aku
tidak memerdulikan teriakan itu. Hah! Leeteuk-Hyung tidak akan mengerti apa
yang terjadi padaku!
Dia
tidak akan paham!
Kepalaku
kini sudah berdarah. Aku tetap melanjutkan aksiku. Membenturkan kepala sampai
amnesia.
Tapi
kepalang basah, aksiku yang sudah diketahui sang Leader langsung dihentikan
olehnya.
Plakk!
Leeteuk-Hyung
menamparku. Tidak keras, namun cukup untuk mengagetkanku.
Seketika dia menarik tanganku hingga berbalik
dan menamparku.
"Hyung!" Siwon menghampiri
Leeteuk-Hyung dan memegangi tangannya. Kini ruangan ini berubah menjadi ramai. Lukaku sudah dipakaikan
plast oleh Ryeowook, dongsaeng yang paling kusayangi.
Semua anggota sudah berkumpul di ruangan ini.
Aku tetap memejamkan mataku. Tidak perduli apa yang akan menimpaku. Aku merasa aku telah
melakukan hal yang benar. Namun bodoh.
"Jelaskan
padaku apa yang kau lakukan Jong Woon-ah!!"
Leeteuk-Hyung
murka dan langsung menyemprotku dengan teriakannya.
Aku
tetap berpegang teguh dengan kediamanku. Aku
merasa aman apabila aku berdiam diri seperti ini.
"Jong
Woon-ah! Jawab pertanyaanku! Aku tidak suka orang yang kuajak bicara berdiam
sepertimu sekarang!! Jawab!!"
"Hyung,
jangan memakinya seperti itu Hyung." Sungmin yang sejak tadi terdiam
akhirnya berbicara dan berusaha membelaku.
"Diam,
Sungmin!" Leeteuk berteriak kembali.
"Hyung
tidak boleh seperti itu. Aku tahu Hyung sedang marah, tapi janganlah
memaki-maki semua orang!" Kyuhyun angkat bicara, tidak terima Hyung
tersayangnya dimaki Leeteuk-Hyung.
"Diam
kau!"
Kyuhyun
yang terkejut langsung menutup mulutnya. Tidak
berani berbicara lebih lanjut.
Tidak ingin suasana ini menjadi lebih buruk.
Aku pun membuka suara.
"Aku ingin mati, Hyung."
"MWO?!!"
semua berteriak serentak. Dengan mata mereka yang membulat besar. Aku tidak
peduli.
"Jelaskan
padaku. Apa maksudmu ingin mati?" Leeteuk berbicara dengan nada yang jauh
lebih rendah daripada yang tadi. Ia berusaha menahan emosinya. Sedangkan
anggota lainnya memasang raut wajah sedih, kaget, entahlah. Semua ekspresi yang
bercampur.
"Aku
sudah tidak kuat hidup, Hyung." ucapku tidak bertenaga.
"Karena Bae Su Ji, Hyung?" Ryeowook
membuka suara.
"Bae..Su..Ji?" Leeteuk-Hyung
mengucapkan nama itu dengan terbata-bata seolah-olah nama itu sangat sulit dan
mengerikan untuk diucapkan.
"ehmm." Leeteuk-Hyung berdeham untuk
memulai bicaranya lagi.
"Jong
Woon-ah, benarkah itu?"
"Ne.
Aku sangat merindukannya Hyung. Bahkan aku terus memimpikannya. Kenapa harus
seperti itu Hyung? Kenapa?
Kenapa
aku tidak bisa melupakannya? Kenangan bersamanya selalu kuingat. Semuanya.
Setiap aku bermimpi tentangnya aku selalu menangis ketika bangun."
Ceritaku mengalir bagai air bah.
Semuanya
menatapku. Beberapa diantaranya sudah menutup wajahnya. Mungkin menangis.
"Jadi
itulah yang membuatmu ingin mati.
Jong
Woon-ah, apa kau tidak pernah menganggap keberadaanku?"
aku
terenyak dengan pertanyaan Leeteuk-Hyung. Menganggap keberadaannya? Tentu saja
aku sangat menganggap keberadaannya penting.
Dengan terbata-bata aku menjawab.
"Aku..sangat
menganggapmu..penting Hyung.. Sangat penting, melebihi nyawaku sendiri. Kalian
semua juga."
aku
menunduk setelah mengucapkan semua itu. Aku menitikkan air mata yang sudah
sejak tadi kutahan.
"Tapi,
kenapa kau tidak memikirkan kami, ketika kau membenturkan kepalamu tadi?
Kau
benar-benar ingin mati? Kalau begitu aku pun bisa."
apa
maksudnya?
Ternyata
Leeteuk-Hyung mendekati tembok yang tadi kugunakan untuk membentur kepala. Dan
mulai membentur kepalanya sendiri.
"Hyung!!"
semuanya sudah berlari kearahnya dan Heechul-Hyung sudah memegangi tangan
Leeteuk-Hyung seperti polisi memborgol penjahat.
"Tidak!
Heechul-ah! Jangan hentikan aku! Jong Woon tidak pernah menganggapku ada! Aku
perlu mati supaya Jong Woon menganggapku ada! Benar 'kan Jong Woon-ah? Dengan aku
mati, kau bisa mengakui keberadaanku 'kan?" dia bertanya dengan senyum
sinisnya.
Heechul-Hyung
yang sedari tadi diam, akhirnya berbicara sambil memegangi kedua tangan
Leeteuk-Hyung.
"Jong
Woon-ah.." aku tidak pernah mendengar Heechul-Hyung berbicara selembut
ini.
"Ne,
Hyung?"
"Jong
Woon-ah, kau.. Sangat menyayangi dongsaeng ku itu, ya?"
Aku
terkaget, aku baru ingat Su Ji adalah dongsaeng nya.
Aku hanya bisa mengangguk. Aku merasa bersalah.
Tidak sepatutnya aku bersedih terlalu berlebihan seperti ini. Seharusnya aku
mengerti, Heechul-Hyung lah yang jauh lebih bersedih dibanding semua orang,
termasuk.. Dibandingkan
denganku.
"Su..Ji..
Juga sangat menyayangimu, Jong Woon-ah." Heechul-Hyung berkata dengan
senyum yang amat tulus. Jika tidak dalam keadaan seperti ini mungkin aku sudah
meledek Heechul-Hyung karena tidak biasanya ia tersenyum seperti itu.
Dia
mulai melepas tangan Leeteuk-Hyung.
Leeteuk-Hyung
menunduk dan menangis dalam pilu.
Yang
lebih mengejutkan. Tiba-tiba saja Heechul-Hyung memelukku.
"Su
Ji, memang sudah mengidap kanker otak itu sejak kecil, Jong Woon-ah."
suaranya mulai bergetar.
"Su
Ji, sejak dulu adalah anak yang kuat, aku pun terkejut, anak yang memiliki
semangat tinggi, ceria dan baik hati sepertinya harus meninggal secepat
itu."
Heechul-Hyung
melepas pelukannya.
Dan
mulai berkata sambil berpegang pada pundakku.
"Kau
tahu apa yang Su Ji ucapkan sebelum dia meninggalkan kita?"
"Tidak
Hyung." jawabku pendek.
"Dia
berkata
'Chul
Oppa, aku senang memiliki Oppa sepertimu. Meskipun kau galak, tak berperasaan,
kejam, dan atheis, aku tetap menyayangimu Oppa. Berkatmu pun..aku bisa bertemu
orang seperti Jong Woon-Oppa. Sampaikan padanya, aku sudah tidak bisa
menunggunya lagi. Kuharap kami berdua dapat bertemu lagi. Selamat tinggal
Oppa.' aku tidak akan lupa kata-katanya hari itu."
Heechul-Hyung
jatuh bersujud di depanku, dan menangis sesenggukkan.
Aku
berdiri, terdiam. Air mataku mengalir dalam keheningan itu.
"Hyung..
Jangan menangis, Hyung.." Ryeowook memegang pundakku.
Aku
yang sudah tidak kuat menahan sakit ini akhirnya meledak. Aku menangis
sejadi-jadinya.
"Oppa,
jangan menangis. Jangan menangis ya?"
"Menangis?
Oppa tidak menangis! Kenapa Oppa harus menangis? Kamu ada di sisiku, aku tidak
perlu bersedih." aku berkata dengan tersenyum.
"Janji
ya Oppa?"
"Iya.
Oppa janji, Oppa tidak akan menangis. Sekalipun."
"Kalau
begitu, Su Ji sudah boleh pergi 'kan, Oppa?"
"Pergi? Kau mau kemana Su Ji-ah?"
"Pergi. Ke suatu tempat. Oppa,
berbahagialah tanpaku."
Su Ji yang sejak tadi berbaring di sampingku
tiba-tiba bangun. Dan ia pun pergi.
Aku tidak menangis, tidak akan. Itulah janjiku.
Selamat tinggal Su Ji. Bae Su Ji.